Kode Barang | ES0033Uss IDN 1997 |
Keterangan | Prangko Indonesia (Indonesian Postage Stamps) yang terbit tanggal 30 April 1997 ini merupakan salah satu dari seri Seniman Indonesia. Dicetak tanpa tanda air dengan ukuran perforasi 12¾ x 13½ . Didesain dengan repro self portrait Affandi, tokoh pelukis Indonesia. Kondisi : Fine Used, Shortset (1v) |
Stok Barang | 1 |
Klik untuk Zooming | |
Pesan via WA |
Affandi, Sang Maestro yang Kukenal
elsaelsi.com - Bagi pencinta seni di Indonesia, bahkan dunia, nama Affandi (1907 – 1990) adalah sebuah legenda. Ia bukan sekadar pelukis, melainkan seorang maestro dengan goresan ekspresionisnya yang begitu khas, seolah berbicara langsung dari jiwanya. Izinkan aku mengajakmu mengenal lebih dekat sosok seniman besar ini.
Masa Kecil dan Muda yang Penuh Perjuangan
Affandi lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 1907. Ia berasal dari keluarga yang cukup terpandang, ayahnya adalah seorang mantri ukur di pabrik gula. Namun, masa kecil Affandi jauh dari kata mewah dan penuh kenyamanan. Sejak kecil, Affandi menunjukkan minat yang besar terhadap seni, meskipun ia tidak pernah mengenyam pendidikan formal di sekolah seni. Ia lebih suka mencoret-coret dan menggambar apa pun yang ia lihat dan rasakan.
Masa mudanya pun diwarnai dengan berbagai pekerjaan untuk menyambung hidup. Sebelum menemukan panggilannya sebagai pelukis, Affandi pernah bekerja sebagai guru, tukang sobek karcis bioskop, dan bahkan buruh bangunan. Pengalaman hidup yang keras dan beragam inilah yang membentuk karakternya, membuatnya peka terhadap realitas sosial, dan menjadi sumber inspirasi tak terbatas bagi karya-karyanya kelak. Ia sering mengamati kehidupan rakyat kecil, para pekerja, dan lanskap alam yang kelak banyak muncul dalam lukisannya.
Menemukan Jati Diri dalam Goresan Ekspresif
Ketertarikan Affandi pada seni lukis semakin kuat seiring berjalannya waktu. Ia belajar secara otodidak, bereksperimen dengan berbagai teknik dan media. Awalnya, ia melukis dengan gaya realisme, menggambarkan objek apa adanya. Namun, jiwanya yang berapi-api tak bisa terpenjara dalam batasan-batasan realisme. Affandi kemudian menemukan ekspresionisme, sebuah gaya yang memungkinkannya meluapkan emosi dan perasaannya secara langsung ke atas kanvas.
Gaya khas Affandi yang kemudian dikenal sebagai "gaya spiral" atau "gaya coret" adalah hasil dari sapuan kuas yang spontan, tebal, dan berputar-putar. Ia bahkan sering melukis langsung dari tube cat, membiarkan cat menumpuk dan menciptakan tekstur yang kaya. Baginya, melukis adalah sebuah pertarungan, sebuah pergulatan batin antara perasaan dan kanvas. Lukisan-lukisannya penuh energi, warna-warna berani, dan sering kali tampak "mentah" namun sarat makna. Ia tidak hanya melukis objek, tapi "merasakan" objek tersebut.
Mengukir Nama di Kancah Dunia
Popularitas Affandi mulai menanjak setelah ia mengikuti pameran di London pada tahun 1952. Dari sana, namanya semakin dikenal luas, membawanya berkeliling dunia untuk berpameran di berbagai negara di Eropa, Amerika, dan Asia. Ia bukan hanya representasi Indonesia di mata dunia seni, tetapi juga seorang seniman yang karyanya diakui secara universal karena kekuatan ekspresinya yang jujur dan universal.
Pada tahun 1969, impian Affandi terwujud dengan didirikannya Museum Affandi di Yogyakarta. Museum ini bukan hanya wadah bagi koleksi lukisannya, tetapi juga menjadi monumen hidup dari perjalanan seninya dan pusat untuk menginspirasi generasi seniman berikutnya. Museum ini kini telah menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang penting di Indonesia.
Affandi meninggal dunia pada tahun 1990 di Yogyakarta. Namun, warisannya abadi. Ia adalah pelopor seni modern Indonesia, seorang seniman yang berani mendobrak tradisi, dan seorang maestro yang mengajari kita bahwa seni adalah tentang kejujuran emosi dan keberanian dalam berekspresi. Lukisan-lukisannya terus hidup, bercerita tentang perjuangan, keindahan, dan jiwa seorang Affandi. [A70 34DIN]
0 Reviews:
Post Your Review